Dalam Kidung Sunan Kalijaga & Penelitian Ilmiah
Dalam sebuah kidungnya, Sunan Kalijaga menyebut “kayu bertuah” dengan istilah kayu aeng . Sakèhing wisa tawa/Sato galak tutut/Kayu aèng lemah sangar……Yang ertinya : Segenap racun menjadi tawar/Binatang buas menjadi jinak/Pohon ajaib, tanah angker …. dst.. Ertinya, keberadaan energi (positif / negatif) pada kayu-kayu tertentu juga diyakini berdasarkan pandangan mata batin orang-orang yang memiliki indera keenam.
HASIL PENELITIAN tahun 1987-1989 di Fakulti MIPA UGM (Universiti Gajah Mada) oleh drh. Oentoro dkk, dengan Chronometer menunjukkan energi yang terdapat pada “Kayu Bertuah”, besarnya dua kali ganda dibanding energi Tosan Aji atau Pusaka. Jika energi pusaka pada level 50, energi kayu “bertuah” mencapai level 100.
Ketika masih hidup, kayu “bertuah” mengandung zat netrogenium sangat tinggi dan memiliki kekuatan pemancar. Misalnya, Anda ingin selamat dari kejahatan, maka kayu tersebut menjadi pemancar dari niat Anda.
Kayu memancarkan energi (nur / cahaya). Cahaya memiliki frekuensi sangat tinggi dan gelombang molekul ion yang jika dipicu dengan doa, frekuensinya menjadi lebih kuat dan menimbulkan aura. Cahaya rumusnya 328 tahun suara sehingga logik manusia tidak dapat menjangkau.
Kerana itu, walau secara alami kayu “bertuah” sudah memiliki energi, seseorang yang menggunakannya sebagai sarana penyembuhan, jaga diri, membangkitkan energi batin, disarankan tetap memperkuat keyakinannya.
0 ulasan:
Catat Ulasan